Hate
or Love chapter 13
“reality says
otherwise”
“Morgan, tangan kamu kenapa bisa kaya
gitu?” tanya Rexa. “Udah biasa kok, hadiah dari fans. Hehe” kata Morgan
nyengir. “hadiah sih hadiah. Tapi hadiahnya bukan ini juga kali” kata Rexa.
Morgan juga bingung sih, kenapa mereka itu harus ninggalin tanda di idolanya?
Apalagi kalau sampe nyakar kaya gini. “Kamu yakin ini bekas cakaran?” kata
Rexa, lebih meneliti tangan Morgan. “Iya, tadi waktu kita lari ke mobil ada
yang gak sengaja nyakar. Aku kan udah bilang” kata Morgan. “Tapi, kalau menurut
aku, ini bukan bekas cakaran loh gan.”. Morgan jadi bingung, “emangnya kenapa?”
tanya Morgan. “Aduh Gan, udah sering dicakar masa gak bisa bedain mana cakaran
sama yang bukan.” Kata Rexa. “Nih ya, kalau cakaran tuh, tepian lukanya pasti
gak beraturan dan gak akan sedalem ini. Sedangkan ini tuh beraturan dan dalem.
Keliatannya sih kayak kegores benda tajem” kata Rexa. Morgan sekilas melihat
lukanya. ‘iya juga ya, luka cakaran gak mungkin kayak gini. Apa ada orang yang
sengaja ngegores gue?’ batin Morgan. “Ya udahlah, paling haters. Luka gini
doang.” Kata Morgan menggerakan tangannya.
Kali ini, Rexa sengaja dateng ke
apartement Morgan. Karena Rexa tau kalau hari ini smash cuman manggung di pagi
hari doang. Jadi, paling member smash pada istirahat di basecamp. “Oh iya, kamu
udah makan belum?” kata Rexa. “Palingan, tadi cuman makan di lokasi doang.
Kenapa?” tanya Morgan balik. “Hem.. aku masakin ya..” kata Rexa malu-malu.
Morgan tersenyum, “Emang kamu bisa masak?” tanya morgan jail. “Yeh.. Gini-gini
juga pernah masak kali. Tapi.. gak tau enak gak tau engga sih, hehe” kata Rexa.
“Ya udah, masakin gih. Yang enak ya.” Kata Morgan.
**
Malem ini, anak-anak lagi ngumpul di
apartement Dicky. Kita lagi main disini. Dicky sama Bisma lagi battle di P.S.
Ilham lagi keluar beli makanan sama Rafael, Rangga lagi nyolongin makanan
anak-anak.__. Gue sama Reza, main ipad sambil mikirin lagu terbaru di album
ke-2. Ini lah kebiasaan kita kalau lagi santai. Secara jarang banget kita dapet
waktu senggang selama kita jadi artis.
Waktu kita lagi diskusi soal lirik
lagunya, tiba-tiba Reza belok ke topic yang lain. “Gan, gue liat tadi Rexa ke
apartement loe ya??” tanya Reza masih mengetik lirik lagunya di Ipad. “Iya”
kata gue santai. “Hah? Loe ngapain aja sama dia?” kata Reza keponya mulai
kumat. “Gak ngapa-ngapain. Cuman ngobrol-ngobrol” kata gue. “Loe udah ketemu
Citra?” kata Reza. “Belum..” gue mulai mikir. Bener juga, harusnya kalau gue
ada waktu senggang gini, bisa gue manfaatin buat jalan sama Citra. “Haduh.
Dasar Morgan. Malah berduaan sama Rexa lagi” kata Reza sambil ketawa. “Gue
bukannya berduaan. Lagian biasa kok gue sama dia. Kita kan udah sahabatan.”
Kata gue. “Iya sahabatan. Tapi inget Gan, rexa tuh nyimpen perasaan sama loe.”
Kata Reza. Nih anak maksudnya apaan coba?? “Emang, kalau dia nyimpen perasaan
ke gue? Loe sirik?” kata gue. “Bukan gitu. Tapi, seengaknya loe jaga perasaan
si Citra juga kalee” kata Reza santai. ‘iya juga sih ya’ pikir gue. “Dasar loe
Gan, makanya. Belajar sama ahlinya dong. Banyak pengalaman nih.” Kata Reza.
“Jadi playboy aja bangga nya selangit lu” kata gue ngelemparin bantal ke
mukanya Reza.
**
“Loe ngapain sih? Mau cari sensasi?!”
Tanya Ilham sedikit emosi. Sekarang di kampus sedang panas-panasnya. Tadi, Riko
dengan sengaja mematahkan CD album SMASH. Di depan Morgan dkk. “Sorry bro, gue
cuman gak suka aja.” Kata Riko dengan senyuman mengejek. “Kalau loe gak suka,
ngapain loe matahin cd kita segala? Gak usah liat kita aja, gampang kan?” kata
Rangga. “heh, asal loe semua tau. Musik
di Indonesia tuh gak akan bisa maju kalau terus dikuasain artis kayak loe
semua. Gak ada yang bisa dibanggain.” Kata Riko lagi. “Loe tuh ya, mau loe apa
sih?!” kata Ilham dengan emosi yang makin memuncak. Tapi, Morgan mencegahnya,
“Udahlah Ham. Ngapain ngeladenin dia. Gak penting.” Kata Morgan. “Oh iya, btw,
thanks loe udah mau beli album kita.” Kata Morgan balik mengejek. SKAK MAT.
Riko langsung diam gak tau mau bales apaan lagi :|
**
Riko tuh capernya selangit deh-_- cari
sensasi banget jadi cowok.
Kali ini, gue sama Morgan lagi makan di
salah satu cafe deket kampus. Waktu lagi makan, tiba-tiba Handphone Morgan
bunyi. Kebetulan, handphone nya deket sama gue. Waktu gue liat namanya REXA.
Hem.. Ngapain Rexa telfon morgan segala?
“Ver, aku angkat telfon dulu ya” kata
Morgan sambil menjauh dari tempat duduk kita. Sebegitu pentingnya ya sampai
harus nyari tempat sepi dulu buat angkat telfon dari Rexa? Kenapa gak depan gue
aja? Tenang Citra. Morgan gak seperti apa yang loe bayangkan kok. Mana mungkin
selingkuh sama Rexa-_- mereka itu kan sahabat dari kecil. Gue gak oleh cemburu
gak jelas kaya gini..
Setelah cukup lama. Morgan duduk kembali
dan melanjutkan makannya. “Ada apa?’ tanya gue. Sebisa mungkin terlihat santai
dan gak ada unsur kecemburuan di sana (?) “Engga ada apa-apa kok. Tadi kita
udah ngobrol sampai mana?” kata Morgan sedikit ngalihin pembicaraan. Apa yang
ditutup tutupin sih sampai harus ngalihin pembicaraan? :/
**
(Morgan)
Gue duduk di ruang keluarga. Nikmatin
suasana rumah yang udah lama gak gue kunjungin ini. Hampir setiap saat gue
habisin hari di kampus/basecamp atau panggung ke panggung. Mumpung lagi ada
kesempatan pulang, harus dinikmatin secara maksimal.
Ruang keluarga tampak sepi. Cuman ada gue
di sini. Semua orang udah pada masuk kamar masing-masing. Maklum lah, udah jam
10 malem. Sepertinya gue udah mulai terjangkit virus insomnia nya si Bisma.
Mama keluar dari kamar. Ternyata mama
masih bangun. Kirain udah kebawa ke alam mimpi. “Hai,ma. Belum tidur?” kata gue
mengalihkan pandang langsung ke mama. Mama duduk di sebelah gue. Memerhatikan
gue dari atas sampai bawah. Aneh. “mama kenapa? Kok ngeliatin aku gitu banget?”
kata gue aneh. Mama cuman membalasnya dengan senyum. “Engga, mama cuman gak
nyadar aja” kata mama. “gak nyadar apa ma? Emang ada yang beda ya dari aku?”
kata gue ikutan bingung.
Mama megang kedua pipi gue lembut, “Mama
cuman gak sadar aja kamu udah sebesar ini. Perasaan, baru kemarin kamu main
main di lapangan depan.” Mama ini kenapa sih, tiba-tiba flashback. Gue pun
megang tangan halusnya di pipi gue, “Aku juga. Gak nyangka udah gak bisa
manja-manjaan lagi ke mama.” Mama pun melepaskan tangannya dan menggenggam
tangan gue. Nampaknya bakal ada pembicaraan serius.
“Ada yang mau mama omongin ke kamu, gan”
kata mama. Gue langsung memperhatikan mama seserius mungkin. “em.. Gimana
hubungan kamu sama Citra?” tanya mama. Tumben mama nanya tentang Citra,
biasanya mama cuek cuek aja. “Hem.. Ya baik baik aja. Emang kenapa?” tanya gue
balik. “Boleh gak mama ketemu sama Citra? Kita makan malam bertiga di sini.
Besok mungkin” pinta mama. Kok tiba-tiba ya? Memang ada apaan sih? Gak banyak
gosip yang macem-macem kan? Kok kayaknya ada sesuatu yang penting. “Kalau gitu,
oke. Nanti aku ajak Citra.”
**
“Hah? Mama kamu mau ketemu aku?” tanya
Citra kaget. “Iya, katanya pengen dinner bertiga. Gak masalahkan?” tanya gue.
“Engga sih.. Tapi.. Eh, aku gak punya slah apa-apa kan ke mama kamu?” tanya
Citra. Gue seketika ketawa. Citra aneh ngeliatnya “Loh, malah ketawa sih. Ini
serius, Morgan.” Dasar, aneh aneh aja pikiran Citra, “ Gak ada kok, emang mama
aja yang lagi pengen ketemu sama kamu.” Kata gue. “hem.. oke deh.” Kata Citra.
“Oke, nanti jam setengah tujuh malem, aku jemput kamu” =)
**
Hufft.. Kok rasanya tegang gini ya..
padahal ini bukan yang pertama kalinya ketemu sama mama Morgan. Daritadi gue
mondar mandir gak jelas di kamar, liatin cermin dan ngeliat dress bunga-bunga
yang gue pake. Cukup simple kan?? Gk berlebihan?? Lagian... cuman dinner di
rumah Morgan kan =)
Gak berapa lama, Morgan udah ada di depan
rumah, Kita pun pergi menuju rumah Morgan. Hem.. Gak akan ada apa-apa kok Citra
=)
**
Ketiga orang itu, sedang mengobrol di
meja makan rumah morgan. Citra,Morgan dan ibunya. Mereka bertiga terlihat sudah
akrab satu sama lain. Citra pun yang tadinya canggung perlahan mulai merasa
nyaman.
Dipertengahan acara makan malam mereka,
Morgan pergi ke supermarket untuk membeli snack sebagai pelengkap. Tinggalah
mama Morgan dan Citra berdua di rumah. Mereka duduk di dekat kolam renang rumah
Morgan. Suasana sepi. Sedikit dingin untuk udara di Jakarta.
Mama Morgan mulai membuka pembicaraan,
“Citra.. tante mau ngomong sesuatu sama kamu.” Masih dengan senyum yang manis,
sama seperti Morgan. “Mau ngomong apa tante?” tanya Citra. kalau boleh jujur,
waktu itu citra lumayan tegang mengobrol berdua dengan mama morgan. “Hem.. kamu
kenal Rexa, gak? Dia satu kampus sama kalian” kata mama Morgan. Seketika
senyuman di bibir Citra sedikit berkurang, “hem.. kenal kok, tante. Memang
kenapa?” tanya Citra lagi. “Kamu tahu hubungan Rexa sama Morgan?” tanya mama
Morgan lagi ,kali ini mukanya nampak serius. “Tau, mereka sahabat dari kecil
ya,tan?” kata Citra masih menyunggingkan senyum, walaupun sebenarnya senyum itu
sudah tak mau lagi Citra keluarkan. “Hem.. sebenernya tante mau ngomongin
tentang itu. Tapi maaf sebelumnya kalau kamu sedikit tersinggung.” Kata mama
Morgan. “Hem.. emang kenapa tante??” tanya Citra penasaran.
“Sebenernya.. Morgan sama Rexa itu, udah
tante jodohin dari kecil.” Kata mama Morgan sedikit menyesal. Seketika Citra
mematung. Mencoba mencerna kata-kata yang keluar dari mama morgan. “Tante
pikir, ini keputusan terbaik. Tante pun gak bisa berbuat apa apa lagi. Kalau
Rexa gak punya penyakit, mungkin tante bisa rubah keputusan itu.” Kata mama
Morgan melihat Citra yang terlihat kaget dengan perkataannya dan matanya mulai
berkaca-kaca. “eh..ah.. gak apa-apa kok tante, aku ngerti. Memang Rexa lebih
butuh Morgan daripada aku” kata Citra tersenyum sambil menghapus air matanya.
Mama Morgan menghampiri Citra dan menghapus air mata Citra, “Bagi tante, sampai
kapanpun kamu adalah pasangan terbaik Morgan.” Mama morgan langsung memeluk
Citra dan mencium keningnya. Dia mengerti perasaan Citra saat ini, kenyataan
yang sulit diterima.
**
“Kak! KAKAK! Kak Citra!” teriak Tahsya.
Sekarang Tashya dan Citra sedang ada di salah satu foodcourt mall di bilangan
jakarta selatan. “eh... iya iya apaaan?” kata Citra tersedar dari lamunannya.
“Loe kenapa sih? Mellow mulu perasaan..
daritadi ngelamun terus. Gak nyadar apa gue ada di sini??” kata Tashya kesal.
“Iya deh iya, maafin gue. Sekarang mending pesen makan aja yuk!” kata Citra.
“Eh bentar-bentar. Gue tau kenapa loe mellow gini.” Kata Tashya. “Apaan sih
loe, gue gak galau tau.” Kata Citra membela diri. “Loe lagi berantem sama
Morgan kan?! Ayo ngaku!”
“Apaan sih loe! Engga gue gak lagi
berantem sama Morgan. Sotoy sih” kata Citra. “Alah, gue tau sifat loe. Tadi
malem loe abis nangis kan?? Tuh.. mata loe sembab.” Kata Tashya membongkar satu
persatu. Citra langsung mengambil cermin di tasnya dan melihat matanya “aaa..
iya. Mata gue sembab, gimana dong..?” kata Citra cemberut. “BINGO! Gue bener,
tadi malem loe abis nangis. Hahaha” kata Tahsya menang. “Iya deh iya, gue
ngaku. Tapi loe jangan bilang sama siapa-siapa ya. Gue mau curhat nih.” Kata
Citra. “Hem.. gimana ya..” kata Tahsya mengusap usap dagunya. “Oke, nanti gue
traktir loe ke salon deh. Kapanpun.” Kata Citra. “Oke. Tawaran yang menarik,
mau curhat apaan?” kata Tahsya
“Kayaknya, Morgan gak bisa lagi deh ke
rumah.” Kata Citra. Sontak Tahsya kaget “WAAA, MAKSUD LOE? KENAPA??” “ssttt..!
gak usah lebay kali! Ya, kayaknya bentar lagi gue putus sama dia.” Kata Citra
mulai mellow. “aa.. loe kenapa mau putus sama Morgan! Dia tuh cakep, baik ah
pokoknya perfect. Masalah apaan??” kata Tahsya ribet. “Hem.. ya karena Morgan
udah punya yang lain.” Kata Citra “yang bisa buat dia bahagia lebih dari gue”.
“Hah? Maksud loe Morgan selingkuh?”. Citra langsung membenarkan, “bukan bukan.
Morgan gak selingkuh kok, ya begitulah pokoknya. Gue gak bisa cerita ke loe.”
**
Setelah kejadian itu, Citra mulai menjauh
dari Morgan. Morgan yang tidak tahu sama sekali hal itu, bingung dengan sikap
Citra. Selain itu, Morgan melihat Riko mulai mendekati Citra. Karena hal itu,
morgan mulai risih dan perlu bicara dengan citra. Setiap kali Citra diajak
bicara dia selalu menghindar. Di sms maupun di telfon, tidak pernah dianggap
oleh Citra.
Suatu hari, Morgan keluar lebih dahulu
ketimbang Citra. Morgan menunggu di depan kelas Citra dan saat Citra keluar
Morgan langsung menarik tangan Citra pergi. Citra berontak dan mencoba
melepaskan tangannya. Tetapi, cengkraman tangan Morgan lebih kuat daripada
tenaganya. Di tengah jalan, Riko mencegat mereka berdua.
“Loe mau apa lagi?” kata Morgan masih
tenang. “Ngapain loe paksa paksa Citra segala?” tanya Riko sok pahlawan. “Terserah
gue. Citra itu pacar gue. Gak ada urusannya sama loe.” Kata Morgan. “Lepasin
dia.” Kata Riko mencoba melepaskan tangan Morgan dari tangan Citra. Morgan
langsung mendorong Riko. “Mau loe apa?! Guegak adaurusan sama loe!” kata morgan
dengan emosi. Dari sana mereka berkelahi dan morgan yang menang dia pun menarik
Citra kembali ke dalam mobil menuju taman kota.
-Di taman kota-
Morgan dan Citra duduk di slah satu
bangku taman. Sama sama masih diam. Tidak ada yang mau memulai pembicaraan
terlebih dahulu. Mungkin mereka menunggu satu sama lain. Morgan melihat ke arah
Citra yang daritadi tertunduk.
Morgan mengusap pelan rambut Citra,“Apa
kabar?” tanya Morgan. Citra melihat ke arah Morgan, masih diam. “Kamu ada apa?
Kenapa akhir akhir ini kamu kaya menjauh?” tanya Morgan pada Citra. Citra masih
diam tidak menjawab pertanyaan Morgan. “Ada yang salah sama aku?” tanya Morgan
sekali lagi. Citra kembali menunduk, mengabaikan setiap pertanyaan yang Morgan
berikan. “Citra, Jawab aku!” kata Morgan dengan nada yang lebih tinggi. Dengan
nada yang hampir sama Citra pun menjawab, “Gak ada yang salah!”
Sekarang giliran Morgan yang diam. “Aku
cuman pengen sendiri aja akhir akhir ini.” Kata Citra dengan nada normal
kembali. “Oke.. Tapi, yang aku lihat. Kamu sekarang banyak ngelamun? Ada
masalah?” tanya Morgan. Citra menggeleng pelan. Morgan menghembuskan nafas,
“Kamu bohong.” Katanya sambil memandang lurus ke depan berpaling dari wajah
Citra.
Citra melihat ke arah Morgan. “Memang
mungkin gak ada yang salah di aku. Tapi, mama aku kan..” kata Morgan lagi.
Citra kembali teringat masa masa di rumah Morgan. Mungkin saatnya untuk
mengakhiri semuanya. Sekarang.
“Morgan...” kata Citra pelan. Morgan menoleh
ke arah Citra. “Belakangan ini, aku ngerasain hal yang beda. Dari aku maupun
kamu.” Kata Citra. Nadanya terdengar seperti menahan tangis yang kapanpun bisa
dilepaskannya di depan Morgan. “Maksud kamu?” kata Morgan. Walaupun sebenarnya
dia pun sudah mengerti apa yang Citra katakan.
“Pertama kita pacaran, udah banyak yang
gak suka. Terlebih lagi fans kamu. Selain itu, Aku juga udah gak bisa ngertiin
pekerjaan kamu lagi. Selama kita pacaran, sering kali kita gak bisa ketemu
selama hampir 1 bulan. Kamu yang selalu tour bareng SMASH. Dan aku gak bisa..”
kata Citra. Matanya mulai berkaca kaca.
“Kenapa kamu baru mempermasalahkannya
sekarang? Bukannya kamu yang bilang, apapun yang mereka bilang, gak akan bisa
merusak hubungan kita?? Dan.. selama kita gak lost contact, kenapa kamu
ngeluh?” kata Morgan.
“Morgan.. kamu gak bisa ngerasain gimana
ada di posisi aku. Aku udah capek sama semuanya. Kamu bisa kok cari yang lebih
baik lagi dari aku.” Kata Citra. Morgan semakin tidak mengerti dengan sikap
Citra akhir akhir ini. Dan sekarang Citra malah meminta hubungannya berakhir
begitu saja.
Citra berdiri berniat pergi meninggalkan
Morgan. Tetapi, Morgan menahan tangan Citra dan sekarang mereka berdua saling
berhadapan. Citra tak kuasa lagi menahan tangis yang sedari. “Aku yakin ini
bukan alasannya.” Kata Morgan. “Aku tau sifat kamu Citra. Kamu orang yang kuat
ngehadepin fans fans aku. Gak mungkin cuman karena mereka kamu kaya gini.
Bukannya kamu yang bilang, kamu bakal kuat?”katanya lagi.
“Please,Morgan. Mulai sekarang jauhin
aku! Aku udah bener-bener gak kuat! Sekuat-kuatnya aku dimata kamu, hati ini
sakit! Aku juga perempuan biasa. Aku gak bisa ngadepin masalah yang selalu
dateng setiap saat. Kau gak bisa..” tangis Citra semakin menjadi. “Mama kamu
udah punya calon buat kamu Morgan! Dan itu bukan aku. Kamu pasti bakal bahagia
sama dia. Lebih bahagia, dan cintanya lebih besar daripada aku..” kata Citra
menghapus air matanya. “Percaya, aku bakal terus bareng kamu.. walau kita gak
sama-sama.”
Morgan diam. Kenapa dia tidak pernah tahu
tentang rencana mamanya ini? Dan kenapa harus Citra yang terlebih dahulu tahu
tentang hal yang menurutnya penting baginya. Morgan mendekat kepada Citra dan
memeluknya erat.
‘Tuhan, kalau memang ini pelukan terakhir
bagiku. Tolong jaga dia, jangan biarkan hatinya tersakiti lagi. Cukup baginya
air mata yang keluar terus menerus. Jangan biarkan dia menangis lagi.’ Batin
Morgan. Morgan mencium kening Citra lama.. Biarlah ini menjadi lama jika ini
memang yang terakhir.
***
Sepulang dari kampus, Morgan berniat
untuk bicara kepada mamanya. Dia merasa keberatan dengan keputusan mamanya ini.
Memberitahu Citra terlebih dahulu sementara dirinya tidak tahu tentang rencana
itu. Tetapi, tiba-tiba manager SMASH meminta Morgan untuk hadir dalam rapat
membahas video clip terbaru mereka.
Sementara Citra, mulai berusaha untuk
merelakan Morgan pergi. Entah mengapa, semenjak saat itu Citra merasa tidak ada
lagi semangat menjalani hidup. Memang terlalu berlebihan. Tetapi, itulah yang
terjadi.
**
“Morgan, loe kenapa sih? Daritadi gak
fokus terus.” Tanya Dicky yang aneh melihat Morgan yang selama membahas video
clip terbaru mereka malah melamun. “Hem.. gak apa-apa kok.” Kata Morgan
membantah hal tersebut. “gak apa-apa gimana, setiap loe ditanya tentang konsep
malah gak jawab. Itu namanya ada apa-apa.” Kata Ilham. “Gue lagi gak ada ide
aja. Udah lah, kalian gak usah berlebih gitu ke gue. Baik baik aja kok.” Kata
Morgan lagi. Mereka semua pun kembali ke dalam apartement masing-masing.
**
Di apartement, gue kembali teringat
tentang perjodohan itu. Kenapa bisa?? Mama pun sama sekali gak ngasih kode(?)
apa-apa tentang masalah itu.
Rexa
+620832173964965
---
Males juga ngangkat telfonnya. Di saat kayak gini kenapa harus ada telfon
dari Rexa, bukan dari Citra. Bukannya gue jahat sama Rexa, tapi memang
kenyataan nya setelah dia kembali lagi dalam kehidupan gue hidup gue gak
sedamai dulu lagi.
Berkali-kali Rexa nelfon gue. Tetep gue
abaikan. Sumpah, malem ini gue males ngomong sama siapapun. Mood gue udah ancur
banget. Mungkin harus ada kepastian dari semua ini. Gak bisa didiemin terus.
**
Gue mengambil kunci mobil di meja dekt TV
dan langsung mengambil jaket untuk pergi menuju rumah mama. Gue harus bicarain
ini. Ini hal yang penting bagi gue. Kenapa hal yang menyangkut gue tetapi gue
sendiri gak tau kejelasannya. Bahkan gak pernah dikasih tau.
Selama ini, mama gak setuju dengan
hubungan gue sama Citra? Kenapa gak bilang dari awal. Dengan misahin kita
menggunakan alasan kaya gini, mungkin lebih menyakitkan. Terutama buat Citra.
Apa maksudnya semua ini. Apa.. Rexa udah tau tentang semua ini?
Jalanan ibu kota seperti bukan jam
sebelas malam. Masih banyak mobil yang berkeliaran di jalan. Yap. Jalanan ibu
kota memang tidak pernah tidur. Masih saja ada kemacetan, walaupun sedikit.
Selama hampir satu jam, akhirnya gue
sampai di rumah. Sepi. Jelas, ini sudah larut malam. Orang-orang pasti sudah
tidur. Gue membunyikan klakson mobil. Terlihat pak satpam melihat mobilku dan
langsung membuka pagar dan mempersilakanu untuk masuk.
Gue lihat ke arah garasi rumah, tidak ada
mobil papa di sana. Berarti papa belum pulang dari Jerman. Di rumah, mungkin
hanya ada mama. Hem.. mungkin bisa lebih leluasa bicara kalau begitu. Tapi,
semoga saja mama belum tidur.
Aku mengetuk pintu. Lampu ruang utama
masih menyala. Itu tandanya mama belum tidur. Oke, lebih cepat lebih baik.
Mama membukakan pintu dan langsung
menyapaku.
“Morgan, ada apa malam malam ke sini
,nak?” tanya mama sambil mempersilakanku masuk
“ada yang mau Morgan bicarain sama mama.”
“Hem.. Apa? Kelihatannya serius.” Kata
mama duduk di sofa.
“Apa maksud mama tentang aku yang
dijodohin sama Rexa?”
Mama kelihatan sedikit terkejut. Tapi
langsung tersenyum.
“Ternyata kamu sudah tau tentang itu.
Pasti dari Citra.” Kata mama berdiri dan mendekatiku
“Kenapa mama gak pernah cerita sama aku?
Kenapa Citra yang pertama kali mama kasih tau, bukan aku?” sekarang nada bicara
gue sedikit naik.
“mama bukan gak mau bilang ke kamu. Cuman
waktunya menurut mama belum tepat.” Kata mama menjelaskan.
“Kalau mama bisa ngejelasin ke Citra,
kenapa mama sebut waktunya belum tepat? Mama gak ngerti perasaan dia waktu tau
kabar itu?”
“mama bukan gak ngerti. Mama cuman takut
kalian tau saat kalian sudah terlalu dalam mencintai satu sama lain. Itu akan
lebih sakit Morgan.” Kata mama
**
Gue gak tau harus gimana sekarang. Apa
gue harus pasrah ngelepasin Citra gitu aja? Bukan hal yang mudah. Dan mungkin
gak akan pernah bisa. Citra terlalu penting buat gue. Bagian penting dalam
hidup ini. Kalau hilang? Tandanya ada bagian yang cacat.
**
Aku tau ini udah terlalu malem. But, good
night Citra.
Have a sleep tight-Morgan
Dia belum tidur? Jam segini (00.41) sms
gue? Mungkin.. syuting.
Sampai sekarang, mata ini belum juga bisa
menutup sempurna. Ayolah, gue ingin tidur! Gue pengen lari dari kehidupan rumit
ini, walaupun hanya sebentar. Tolong!
Morgan. Kamu memang baik ya. Karena itu,
aku susah buat lupain kamu. Mungkin, gak akan pernah bisa. Kenapa takdir begitu
jahat?Memisahkan kita dengan cara yang tidak adil seperti ini.
Pertama aku berfikir, aku mungkin bisa
bahagia bila kamu bahagia walaupun bukan karena aku. Tapi, ternyata aku terlalu
egois. Aku akan lebih bahagia kalau kamu ada disini. Bareng aku. Bukan Rexa.
Dulu aku berfikir, Rexa yang lebih butuh
kamu sekarang. Ternyata, aku berkali kali lipat butuh kamu dibanding Rexa.
Kenapa aku begitu bodoh bisa berkata seperti itu.
Aku baru percaya sekarang. Ini yang
namanya susah Move on. Hanya 2 kata, tapi susah untuk dilakukan. Hem..
Tuhan, aku tahu kamu tidak mungkin
mengujiku melebihi kemampuanku. Kuatkan lah aku menghadapi semua ini. Bantulah
aku menyelesaikan semua ini.
**
Morgan, mama harap kamu dateng ke rumah
sakit sekarang. Rexa dirawat. Mama gak bisa kesana. Kamu jenguk dia. –mama
Gue baru aja bangun. Argh.. kenapa harus
lagi. Kayaknya pagipun gak ngerelain gue buat damai. Walau hanya sebentar.
-Morgan gak bisa ke sana. Ada kuliah
nanti siang.
Berikan gue kedamaian. Gue udah terlalu
mumet sama pekerjaan gue. Ditambah sama masalah Rexa. Gue pingin tidur!!!
Setelah ke kampus kamu bisa ke sana kan.
Jangan buat Rexa kecewa Morgan. – Mama
Ah! Mama gue pun bukan orang yang bisa
ngerti gue. Kenapa harus kaya gini. Lama-lama kaya gini capek juga..
__
Mana Citra? Belum kelihatan. Gue harus
ngomong sama dia. Kita gak mungkin terus diem dieman kayak gini. Tanpa status
yang jelas.
Biasanya, dia ada di taman jam segini.
Apa mungkin dia ada di taman?
Gue pergi ke taman kampus. Ada waktu 1
jam lagi sebelum masuk kelas. Semoga Citra ada di sana. Yap. Bener dia ada di
sana.
Senyum gue seketika terukir lagi.
Akhirnya aku bisa tersenyum lagi Citra. Itu pun cuman karena kamu.
Gue mendekat ke arahnya dan langsung
menyapanya, “Citra”
“Morgan..” Citra kelihatan kaget.
Gue refleks memeluknya. Jujur, gue kangen
banget sama dia. Gue kangen kedamaian hubungan gue sama dia. Senyum manis dia
buat gue. Gak akan pernah bisa digantiin oleh siapapun.
“Morgan..” kata Citra
“Apa?” kata gue.
“Ada yang harus kita omongin. Tentang..
hubungan kita.” Kata Citra
**
“Ada yang harus kita omongin. Tentang..
hubungan kita.” Kata gue. “Apa?” tanya Morgan. Jujur, gue gak bisa liat senyum
itu ilang gitu aja di wajah dia. Itu terlalu berharga.
“Kayaknya....hem...mungkin.. kita harus
berhenti sampai di sini aja.” Gue gak percaya gue bisa ngeluarin kata-kata itu.
Morgan kelihatan kaget mendengar semua
itu. Jujur, gue pun memang gak percaya gue ngomong kayak gitu. Hati ini
sebenernya berontak untuk aku ngomong kata-kata itu.
“Maksug kamu kita sampai di sini?” tanya
Morgan lagi. Seakan gak percaya
“Ya. Kamu tau kenyataannya kan? Kita udah
gak bisa lagi menjadi ‘kita’. Jadi.. kita bisa gimana.” Kata gue. Mata gue
mulai berkaca-kaca. Gue pun gak pernah bisa nerima kenyataan ini.
“Citra. Apa karena perjodohan itu? Citra,
jangan jadiin itu alesan kita gak bisa jadi ‘kita’. Kalau kita punya pendirian
yang teguh untuk mempertahankan ‘kita’, kenapa harus nyerah. Kita bisa yakinin
mama aku.” Kata Morgan.
“Morgan.. Orang tua tau yang terbaik
untuk anaknya. Cuman karen ego kita aja yang gak pernah mau nurutin mereka. Aku
yakin, Rexa lebih baik dari aku.”
“Citra. Jangan pernah lagi bilang kalau
Rexa itu lebih dari kamu. Buat aku, gak ada yang bisa melebihi kamu di hati
ini. Walaupun nyatanya memang ada yang lebih dari kamu. Aku suka kamu yang ini.
Apa adanya kamu. Bukan orang lain.” Kata Morgan meyakini.
“maaf Morgan, memang mungkin jalannya
kita harus begini. Makasih ats kenagan kenangan indah yang kamu buat di hidup
aku, aku gak akan lupain itu.” Kata gue dan langsung ninggalin Morgan di taman
itu. Air mata udah gak bisa gue bendung lagi.
Ini bukan kemauan aku Morgan. Kenyataan
yang berkata harus seperti ini.
Selamat tinggal Morgan.
(to be continue)
Huah.. akhirnya chapter 13 bisa di post
juga. Hampir 3 bulanan coba ya. Chapter 14 janji gak bakal lama-lama lah. Doain
ya ;;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar